“Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” [ Al-Baqarah/2: 185]
Dari Walid bin Muslim dia berkata, ‘Aku bertanya kepada Al-Auzai dan Malik bin Anas tentang mengeraskan takbir pada dua Hari Raya.’ Mereka berdua menjawab, ‘Ya, dahulu Ibnu Umar mengeraskan takbir pada hari Idul Fitri hingga imam datang.”
Terdapat riwayat shahih dari Abu Abdurrahman As-Silmi, dia berkata, ‘Mereka para hari Iedul Fitri lebih keras dibanding Idul Adha) Waki’ berkata, ‘Yang dimaksud (keras) adalah bertakbir.’ [Lihat Irwa’ul Ghalil 3/122]
Sedangkan Daruquthni meriwayatkan bahwa Ibnu Umar apabila berangkat untuk salat Iedul Fitri dan Iedul Adha, bersungguh-sungguh untuk bertakbir hingga tiba ke tempat shalat, kemudian dia terus bertakbir hingga imam datang.
Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Az-Zuhri, dia berkata, ‘Orang-orang bertakbir pada hari Id hingga mereka keluar dari rumah-rumah mereka hingga ketika mereka mendatangi tempat shalat dan hingga imam datang. Apabila imam telah datang, mereka semua diam, jika imam bertakbir, merekapun bertakbir. [Lihat Irwa’ul Ghalil, 2/121]
Ibnu Syihab Az-Zuhri rahimahullah berkata, ‘Dahulu orang-orang bertakbir sejak mereka keluar dari rumah-rumah mereka hingga datangnya imam (ke tempat shalat untuk memulai shalat).
Waktu takbir dalam shalat Iedul Fitri dimulai sejak malam Id hingga imam masuk (ke tempat shalat) untuk melakukan shaat Ied.
Adapun dalam Idul Adha, maka takbir dimulai sejak hari pertama Dzulhijjah hingga matahari terbenam pada akhir hari tasyrik.
Tata Cara Takbir
Terdapat dalam mushannaf Ibnu Abi Syaibah dengan sanad yang shahih dari Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu, bahwa dia bertakbir pada hari-hari Tasyrik (dengan redaksi berikut);
الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد.
Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Tiada tuhan yang disembah selain Allah, Allah Maha Besar, bagiNya segala puji.
Ibnu Abi Syaibah juga meriwayatkan lagi dengan redaksi yang sama, hanya saja takbirnya menjadi tiga kali.
Al-Mahamili meriwayatkan dengan sanad yang shahih juga dari Ibnu Mas’ud (redaksi berikut);
الله أكبر كبيراً الله أكبر كبيراً الله أكبر وأجلّ ، الله أكبر ولله الحمد
Allah Maha Besar, Allahu Maha Besar, Allah Maha Besar dan Agung, Allah Maha Besar, bagiNya segala puji. [Lihat Irwa’ul Ghalil, 3/126]
4- Ucapan Selamat
Termasuk adab pada hari Id adalah saling memberikan ucapan selamat yang baik satu sama lain, apapun redaksinya.
Seperti ungkapan, taqabbalallahu minna wa minkum, atau, Iedun Mubarak, atau yang semisalnya dalam berbagai bentuk redaksi yang dibolehkan.
Dari Jubair bin Nafir, dia berkata, ‘Para shahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, apabila berjumpa pada hari Id, mereka satu sama lain saling mengucapkan, taqabbalallahu minna wa minka.’ Ibnu Hajar berkata, sanadnya hasan [Fathul Bari, 2/446]