Sudah Ada Sinyalnya, Trio Energi Ini Akan Naik Di Tahun 2022

00 43 30 Images

JK.com, JAKARTA – Kenaikan harga-harga energi seperti halnya Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Liquefied Petroleum Gas (LPG) kelihatannya sudah tak bisa dihindari lagi. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah memberikan sinyal untuk kembali mengerek harga BBM dan LPG penugasan atau subsidi.

Seperti yang diketahui memang, kenaikan harga-harga energi sulit dihindari lagi tatkala harga minyak mentah dunia selama terhitung hampir dua bulan ini mengalami kenaikan yang tinggi atau nyaman di atas level US$ 100 per barel. Nah, Indonesia menjadi negara yang salah satunya terdampak karena merupakan negara net importir.

Bacaan Lainnya

Melansir dari cnbcindonesia.com Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyebut, ICP pada Maret mencapai US$ 98,4 per barel. ICP ini jauh di atas asumsi APBN yang hanya mengasumsikan sebesar US$ 63 per barel.

Begitu juga dengan harga LPG internasional yang merujuk pada Contract Price (CP) Aramco yang telah mencapai US$ 839,6 per metrik ton. Sementara asumsi awal pemerintah hanya di kisaran US$ 569 per metrik ton.

Dia mengatakan, lonjakan harga minyak dan LPG internasional ini mendorong pemerintah untuk mengambil langkah jangka pendek, menengah, hingga panjang.

Dalam Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (13/04/2022), Arifin menyebut dalam jangka pendek, pemerintah berencana untuk melakukan penyesuaian formula Liquefied Petroleum Gas (LPG) subsidi tabung 3 kg, menerapkan penyesuaian tarif listrik untuk golongan pelanggan non subsidi (tariff adjustment), serta dalam jangka menengah akan melakukan penyesuaian harga jual eceran LPG dan juga bensin Pertalite (RON 90) dan Solar.

Ilustrasi Kenaikan Pertalite
Ilustrasi Kenaikan Pertalite Dan Solar

1. Kenaikan Harga Pertalite-Solar

Arifin menyebut, pemerintah dalam jangka menengah akan melakukan penyesuaian harga Pertalite dan minyak Solar sebagai respons atas lonjakan harga minyak dunia.

“Strategi menghadapi dampak kenaikan harga minyak dunia, untuk jangka menengah.. akan dilakukan penyesuaian harga Pertalite, minyak Solar, dan mempercepat bahan bakar pengganti seperti Bahan Bakar Gas (BBG), bioethanol, bio CNG, dan lainnya,” ungkapnya dalam Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (13/04/22).

Seperti diketahui, harga bensin Pertalite dan Solar subsidi pada periode 1 April 2022 ini tidak mengalami perubahan, di mana masing-masing masih dipertahankan pada Rp 7.650 per liter dan Rp 5.150 per liter. Sementara harga Pertamax (RON 92) sudah dinaikkan menjadi Rp 12.500 – Rp 13.000 per liter dari sebelumnya Rp 9.000 – Rp 9.400 per liter.

Sedangkan harga Solar non subsidi kini sudah di banderol sebesar Rp 12.950 – Rp 13.550 per liter untuk jenis Dexlite (CN 51). Artinya, ada selisih setidaknya Rp 7.800 per liter dengan harga Solar bersubsidi.

Sementara untuk jangka pendek, salah satu skenario yang akan dilakukan pemerintah yaitu menambah kuota BBM subsidi seperti Solar, minyak tanah, hingga BBM khusus penugasan seperti Pertalite (RON 90).

Dia menyebut, kuota Solar subsidi diusulkan bertambah sebesar 2,29 juta kilo liter (kl) menjadi 17,39 juta kl, minyak tanah bertambah 0,10 juta kl menjadi 0,58 juta kl, dan Pertalite bertambah 5,45 juta kl menjadi 28,50 juta kl.

“Beberapa langkah strategi dalam menghadapi kenaikan harga minyak dunia kami siapkan… Jangka pendek, kami mengusulkan perubahan kuota BBM jenis tertentu yaitu minyak Solar, minyak tanah, dan JBKP Pertalite dan penyesuaian harga BBM non subsidi,” ungkapnya.

Dia menyebut, realisasi penyerapan Pertalite sampai 2 April 2022 telah mencapai 6,48 juta kl dari kuota 2022 sebesar 23,05 juta kl. Sementara Solar subsidi sudah terserap 4,08 juta kl dari kuota tahun ini 15,10 juta kl.

Sedangkan LPG subsidi sudah terserap 1,87 juta metrik ton dari kuota 8 juta metrik ton, dan minyak tanah sudah terserap 0,12 juta kl dari kuota 0,48 juta kl.

Sinyal Kuat kenaikan LPG 3 kg dan Listrik

Pos terkait

banner 300x250