“Kami Mengecam Keras!! Aksi Sepihak Yang Tidak Pro Rakyat Oleh Bapak Budiyono, SH (Ketua Lbh Hkti Babel) Yang Menutup Mata Pencaharian Masyarakat Tambang Di Kampung Kami,” demikian isi salah satu spanduk yang terbentang di lapangan tempat aksi unras.
Ketika disinggung wartawan bahwa kebanyakan warga penambang timah hanya berusaha untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka yang saat ini dirasakan sulit untuk terpenuhi, Budiono menjawab diplomatis, bahwa pihaknya bertindak demikian sama sekali bukan anti tambang, namun lebih pada upaya agar masyarakat pun harus tahu rambu-rambu aturan yang telah disepakati bersama.
“Kita bukan anti tambang, sama sekali bukan. Kita tahu pasar bisa ramai, warung kopi juga ramai karena adanya tambang. Meski begitu kita juga tidak ingin kedepannya masyarakat tidak tahu apa yang mereka lakukan hari ini, jangan mudah terpancing oleh oknum-oknum yang memang bekerja atas kepentingan tertentu. Kalau saat ini kita dibenci oleh sebagian masyarakat itu sah-sah saja, tapi perlu diingat di sekitar kita masih banyak juga masyarakat yang hidup bukan dari tambang dan mari kita bekerja sesuai dengan aturan yang berlaku,” imbuhnya.
Tak cuma itu, Budiono menyebut kawasan tadi persis berdampingan dengan fasilitas umum yaitu Dunia pendidikan sekolah Dasar (SD), Jembatan, Perumahan Warga dan lebih khusus lagi berdampingan langsung dengan Kampung Natak Nelayan 1 Kelurahan Sungailiat yang merupakan Program Pembangunan Skala Kawasan yang dibangun oleh Pemerintah Pusat Melalui Kementrian PUPR Direktorat Jenderal Cipta Karya yang tujuannya adalah untuk menuntaskan permasalahan kawasan kumuh di Kabupaten Bangka.