Kita maju ke masa bulan September 2022 hingga hari ini, Sebetulnya beberapa prestasi besar mampu dicatatkan oleh Polri. Namun entah prsetasi tersebut terasa hambar, bahkan menuai cibiran. Tentu kita tau ada penyebab rasa hambar tersebut. Seperti yang diketahui publik tanah air. Tragedi pembunuhan di rumah dinas Kadiv Propam Ferdy Sambo seperti getah Manggis yang menetes di seragam dinas. Berbekas bahkan jika dicuci dan disikat berkali-kali. Noda itu akan tetap ada sebagai sebuah penanda.
Kita semua sepakat itu adalah catatan hitam yang kemudian membuat rasa hambar atas segala pencapaian prestasi Polri hari ini, bahkan yang sebelumnya. Usaha mengembalikan citra Polri hari ini bagai menegakkan benang basah. Seperti apapun prestasi yang dibuat Polri hanya direspon dengan cibiran. Intinya perkara Duren Tiga yang merontokkan banyak bintang, hingga prajurit tersebut bak tsunami yang meluluh lantakkan bangunan prestasi Polri selama ini.
Dari sana, Kapolri seolah langsung tersadar bahwa ada bagian yang kropos dalam tubuh insitusi ini. Untuk kemudian tiba-tiba Polri seolah-olah langsung gas pol membabat seluruh praktek pelanggaran hukum.
Mendadak Polri banyak prestasi. Mulai dari pengungkapan jaringan perjudian, tambang ilegal, BBM ilegal hingga narkoba. Namun tak sedikit juga kemudian prestasi tersebut seolah menepuk air di dulang. Lantaran ternyata ada banyak anggota Polri yang disebut-sebut terseret dalam bisnis ilegal seperti judi online. Publik bahkan tak sungkan menebar informasi terkait kekaisaran Ferdy Sambo yang konon menjadi aktor utama.
Polri di seluruh jajaran, mendadak ‘banjir’ prestasi pengungkapan kasus yang tidak biasa, namun sesungguhnya biasa saja. Seperti praktek perjudian online, faktanya sudah beroperasi selama ini, baik-baik saja. Tak ada pihak kepolisian kemudian memberantas tempat-tempat yang kedoknya permainan ketangkasan tersebut sebagai arena judi online. Sejak Agustus lalu, di seluruh Indonesia mendadak tutup bahkan diusut hingga big boss nya ikut digaruk baru-baru ini.
Hingga yang terakhir, kasus narkoba yang menghantam Irjen. Pol Teddy Minahasa serta beberapa perwira menengah dan pertama. Lagi-lagi Polri menorehkan prestasi luar biasa. Akan tetapi sayang nya harus menepuk muka sendiri karena menambah catatan minor di tengah terpuruknya institusi Polri. Andai saja yang terciduk adalah pihak di luar institusi Polri, mungkin ini dapat menjadi jawaban bahwa Polri tetap fokus pada penegakan hukum. Namun ambiguitas yang diperlihatkan oleh perilaku sekian banyak oknum Polri, akhirnya prestasi tersebut juga mendulang cibiran, bahkan caci maki. Karena prestasi tersebut dipandang sebagai refleksi bobroknya internal Polri sebagai penegak hukum, namun menjadi pelanggar hukum berat.