Pilkada Damai itu, Dimulai Dengan Calon yang Baik, Bukan yang Banyak Masalah

Watermark Jk 2024 20240809 074306 0000

Oleh : Nastazia (Alumni Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Bangka Belitung)

Pilkada yang damai…
Negeri Serumpun Sebalai ini, sejak era reformasi tahun 1998, tercatat sebagai daerah yang paling kondusif, khususnya terkait gonjang ganjing Pilkada.

Bacaan Lainnya

Ujaran “dek Kawa nyusah” bisa jadi menjadi salah satu motivasi yang sehingga Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) ini tentram dan damai.

Belum ada sejarah konflik berlatar belakang perbedaan pandangan dalam Pemilu atau Pilkada, yang berujung konflik antar pendukung hingga berakhir pada kerusuhan.

Artinya, sejauh ini potensi Pemilu Damai di Kepulauan Babel tumbuh sebagai kultur. Karena memang orang Kepulauan Babel terbiasa, secara turun temurun hidup berdampingan dalam komposisi demografi yang heterogen.

Jika pun ada catatan konflik, itu dalam skala kecil atau antar personal dan kebanyakan lebih dalam bentuk ‘perang udara’ seperti adu argumen di platform media sosial.

Lagi pula, sejak dulu para calon senantiasa mengimbau atau mengajak masyarakat, untuk menjaga serta menciptakan Pilkada atau Pemilu damai, lebih kepada ujaran remeh temeh, kalimat yang diselipkan di antara janji politik, atau program-program yang terkadang bahkan jauh dari implementasi.

Kalimat ajakan menjaga kondusifitas Pilkada atau Pemilu, lebih kepada agar sang calon terlihat layaknya orang bijak. Padahal, jika para calon peserta tersebut benar-benar bijak, maka mereka akan lebih tau diri mengukur dirinya.

Atas keberhasilan selama kepemimpinannya, atas suksesnya program atau janji-janji politiknya. Bukan dari pencitraan, membangun janji-janji atau program baru, untuk menutupi kegagalan di masa sebelumnya.

Pos terkait

banner 300x250