Ia menjelaskan, yang dimaksud luka pengasuhan yaitu seperti inkonsistensi aturan. Adanya perbedaan aturan yang ditegakkan pada anak antara ayah dan ibunya.
“Ayah ngomong A, si ibu bilang B. Ini jangan sampai terjadi, karena anak akan bingung mau ngikutin siapa,” jelasnya.
Poin selanjutnya, lanjut Rahmadi, seorang kepala keluarga dapat mengajak pasangannya untuk membuat sebuah support system bagi keluarga, terutama bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus.
“Jangan jadi superhero, ayah jangan sendirian, ajaklah pasangan, ajaklah istrinya membuat sebuah support system bagi keluarga khususnya anak yang istimewa,” ucapnya.
Tak hanya peran dari keluarga, lingkungan sekitar pun, lanjut Rahmadi, dapat menjadi support system bagi anak-anak berkebutuhan khusus.
“Kita tanamkan akhlak yang baik, kita berbuat baik ke orang-orang di sekitar kita misalnya tetangga, insyaaAllah dia akan mencontoh,” ujarnya.
“Pernah anak saya Fari, sedang bermain sepeda, dia nabrak lampu sein mobilnya pak RT. Saya bingung pak RT nya gak marah, malah meluk anak saya. Eh rupanya tanpa sepengetahuan kami, si Fari ini kan koki ya, dia sering nganterin ayam goreng ke rumahnya pak RT,” cerita Rahmadi berbagi pengalamannya.
Poin terakhir, tambah Rahmadi, yakni merawat kesehatan mental semua sumberdaya dalam keluarga.