Terpisah, Bahtiar salah seorang Panitia Mitra PT Timah, kepada wartawan mengaku bahwa terkait ponton hantu, pihaknya mengaku bahwa ponton yang dimaksud sebenarnya adalah ponton cadangan. Yang dipersiapkan jika ada ponton yang bermasalah, atau tidak bisa beroperasi. Dirinya tidak menampik hal tersebut. Bahtiar mengaku bahwa pihaknya mempunyai 3 ponton cadangan untuk mengantisipasi ponton yang rusak.
“Soal ponton hantu itu sebenarnya tidak ada pak, itu ponton cadangan untuk jaga-jaga supaya tetap maksimal kerja kita. Kalau kita ada 3 ponton yang dicadangkan. Nah kalau ada ponton yang rusak kita kita pakai ponton cadangan. Kalau tidak ya kita tidak operasikan pak. Jadi kita pikir tidak adalah soal ponton hantu itu,” terang Bahtiar saat dihubungi via telepon Selasa (04/10/22) sore.
Berdasarkan data yang diterima redaksi, memang terdapat perbedaan jumlah kuota ponton pada masing-masing mitra yang bekerja di laut Belo atau DU 1553. Dari data yang dihimpun, CV Raqia Mandiri Sejahtera mendapatkan kuota sebanyak 10. Kemudian CV Timor Ramelu mendapatkan kuota 20 ponton. CV Jaya Mandiri mendapat kuota 10 ponton. CV Victoria Bintang Selatan mendapat kuota sebanyak 10 ponton. CV Binsihab mendapat kuota 40 ponton dan CV Teman Jaya mendapat kuota 10 ponton.
Diduga ini juga menjadi pemicu munculnya upaya-upaya para mitra untuk mengoperasikan ponton hantu.
“Kami bukannya tidak mampu pak, 20, 30, sampai 50 ponton pun kami mampu. Cuma kan dikasihnya terbatas. Tapi hendaknya kalau bisa banyak ya banyak. Seperti yang lain, sampai 40 ponton,” ujar sumber wartawan yang dibincangi di salah satu basecamp mitra.