Lebih lanjut, Nurul Huda menambahkan, keberadaan Rumah Singgah PGK sangat urgent. Nurul mengaku, hingga saat ini pihaknya sudah banyak mengantongi nama warga Pangkalpinang, yang harus menjalani rujukan rawat jalan di RSCM atau Dharmais, masuk dalam waiting list untuk tertampung di Rumah Singgah tersebut.
“Bisa dibilang, 12 kamar yang tersedia di sini selalu penuh. Alhamdulillah fungsinya sangat optimal meringankan beban biaya berobat saat di Jakarta ini,” sambung Nurul.
Ungkapan senada, juga disampaikan oleh Chandra, salah seorang warga Pangkalpinang, yang menginap di Rumah Singgah PGK. Dirinya mengaku terbantu dengan hadirnya rumah singgah tersebut. Jika tak ada Rumah Singgah PGK, kata Chandra, bisa dibayangkan betapa besar biaya berobat yang harus dikeluarkan, selama putranya menjalani rawat jalan di RSCM.
“Alhamdulillah keberadaan Rumah Singgah PGK yang diinisiasi oleh pak Molen, Wali Kota Pangkalpinang benar-benar meringankan. Bayangkan berapa biaya yang harus saya keluarkan, jika harus menetap di Jakarta ini, selama 15 bulan masa perawatan anak saya. Jadi kami benar-benar mensyukuri bisa menempati Rumah Singgah PGK ini,” tukas Chandra.
Diketahui, Rumah Singgah PGK eksis sejak 5 Februari 2021 lalu, di masa kepemimpinan Maulan Aklil (Bang Molen) sebagai Wali Kota Pangkalpinang. Rumah berukuran lumayan besar itu, memiliki 12 kamar pasien, dengan daya tampung 2 pasien untuk setiap kamar. Rumah Singgah PGK memiliki 2 lantai di bagian belakang. Di sana (Rumah Singgah PGK), terdapat 3 kamar mandi dan pantri.