Pasalnya, kata Cut Nurlaila, selain meringankan beban tempat menginap, keberadaan Rumah Singgah PGK relatif tidak memberatkan biaya ongkos jalan. Karena lokasinya yang relatif dekat dengan RSCM dan RS Dharmais.
“Di sini seperti di rumah sendiri, menginapnya gratis, makannya ditanggung, tapi cuma makan siang. Walau begitu, di sini juga ada pantri, jadi para pendamping pasien yang menginap di sini bisa memasak, bikin kopi, teh dan lain-lain, sebagaimana fungsinya pantri lah,” terangnya.
Menurut penuturan putri dari Hasan Aceh, yang merupakan salah satu tokoh masyarakat di Pangkalpinang itu, ada rasa kekeluargaan yang terbangun di Rumah Singgah yang beralamat di Jalan Pasuruan Kelurahan Menteng Jakarta Pusat itu.
Penuturan itu, dibenarkan oleh Bidan Nurul Huda, yang menyatakan bahwa para penghuni di Rumah Singgah PGK, saling support dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Menurutnya, untuk urusan memasak, antar keluarga pasien saling membantu satu sama lain.
“Misalnya ada 11 pasien dan pendamping, mereka menerapkan semacam piket bergiliran untuk memasak. Jadi yang masak cuma 2 keluarga pasien, tapi untuk semua penghuni Rumah Singgah. Besoknya gantian lagi, begitulah seterusnya. Jadi ada rasa kekeluargaan yang terbangun di sini,” jelas pegawai PHL Rumah Singgah PGK itu.