Penulis: Nur Muhammad (Wartawan Journalasia)
Sambil sesekali menyeka peluh, Bik Yeyen terus bergerak cepat mengayuh sapu lidi ditangannya yang juga terlihat lelah, karena volume sampah yang lebih dari biasanya. Tak hanya jumlah serakan sampah yang bertambah, jam kerja pun terpaksa ekstra, sejak Sabtu (26/8/23) lalu.
Seperti biasanya, dalam memeriahkan HUT RI ke 78, jalanan Pegeka ditapaki oleh para peserta pawai dan karnaval. Kesemarakan yang mengundang separuh warga kota itu, menciptakan ‘medan tempur’ bagi Pasukan Kuning Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Pangkalpinang, yakni melibas sampah yang ditinggal penonton Karnaval.
Perempuan paruh baya itu merupakan salah satu dari 150 Pasukan Kuning yang diterjunkan pada Minggu (27/8/23) malam. Meski cukup berumur, warga Pangkalpinang itu mengaku sudah terbiasa selama 14 tahun menjadi penyapu jalan.
“Ya sudah tanggung jawab pak, karena kan kita terima gaji tiap bulan, apapun itu pekerjaan ini sudah resiko, harus dijalankan,” katanya menjawab perbincangan saya, sembari terus memasukan sampah ke karung yang telah Ia sediakan.
Usai membersihkan areal seputaran Kampung Bintang, Bik Yeyen terus bergeser lagi sambil menyeret karung dan sapu lidinya. Sembari berbincang dengan bik Yeyen, saya melirik tipis ke jam yang melingkar di tangan saya, ternyata saat itu jam sudah menunjukkan pukul 22.45 WIB.
Itu adalah waktu bagi warga kota untuk beranjak istirahat, namun Bik Yeyen masih harus berperang menghadapi berton-ton sampah yang berhamburan di jalan saat itu, mulai dari plastik, bungkus makanan, botol, kaleng minuman, kertas, daun dan sebagainya. Belum lagi dengan sampah harian, yang memang sudah menjadi langganan untuk dibersihkan oleh bik Yeyen dan rekan-rekannya.
“Setiap tahun karnaval, peserta terakhir langsung kami bersihkan,” ucapnya sambil sesekali mengusap keringat yang membasahi wajah dan tepian jilbab nya.