Joko menambahkan, isu ini celakanya justru diaplifikasi oleh pemberitaan media massa dengan mengesampingkan dampak yang mungkin ditimbulkan dari berita yang akan dikonsumsi publik. Link-link berita yang cepat menyebar seakan mengkonfirmasi bahwa peristiwa percobaan penculikan tersebut benar-benar terjadi.
“Jadi sementara ini menurut pengamatan kami, justru ada pihak-pihak yang sengaja ingin menciptakan suasana saling mencurigai didalam tatanan kehidupan sosial di Babel dengan maksud dan tujuan tertentu. Ini jadi tugas aparat penegak hukum untuk mengungkap siapa yang mencoba menebar teror dengan isu-isu ini,” kata Joko.
Joko melanjutkan, dalam situasi kesimpang siuran isu ini, pers atau media massa dapat memainkan peranan yang memang menjadi tanggungjawabnya, yakni menyajikan informasi yang akurat agar dapat menjawab kebutuhan informasi masyarakat, bukan sebaliknya, menjadi amplifikasi isu yang berkembang menjadi teror sosial.
“Media seharusnya menjadi tempat bagi masyarakat untuk mendapat kejelasan atas sebuah informasi yang beredar, bukan justru menjadi amplifikasi dari isu yang masih belum jelas kebenarannya,” terang Joko