“Karena tidak terdeteksi peningkatan gempa VA (Gempa Vulkanik-Dalam) secara signifikan dan yang kedua tiltmeter yang bereaksi adalah tiltmeter puncak,” jelas Ahmad, seperti yang dikutip dari Kompas.com, Senin (4/12/2023).
“Jadi dari tiltmeter terjadi peningkatan tekanan di kedalaman dangkal, namun pemicu pelepasan tekanan itu belum bisa kita tentukan karena dari data kegempaan tidak ada indikasinya,” tambahnya.
Lebih lanjut, Ahmad menerangkan Gunung Marapi memiliki tipe letusan freatik yang dipengaruhi oleh gas, sehingga erupsi bisa terjadi secara tiba-tiba. Karena alasan itulah dibuatkan imbauan agar masyarakat tidak boleh memasuki radius tiga kilometer dari puncak Gunung Marapi.
“Untuk erupsi susulan masih terjadi,” katanya. (hk01)