Tyas menjelaskan gunung yang memiliki ketinggian 725 meter di atas permukaan laut (mdpl) tersebut memiliki tipe letusan eksplosif. Itu artinya gunung ini berpotensi menghasilkan awan panas dan lontaran batu pijar setinggi 3.000 meter.
Di sosial media, beredar video yang memperlihatkan dahsyatnya letusan Gunung Ruang itu.
Di mana, tampak semburan lahar berwarna merah menjulang tinggi yang disertai dengan kilatan petir yang bertubi-tubi.
Menurut Tyas, fenomena gemuruh yang terdengar itu merupakan fenomena biasa yang terjadi saat erupsi eksplosif sedang berlangsung.
“Itu merupakan efek dari aktivitas gunung api yang sedang tidak stabil atau sedang berproses mengeluarkan magma dari dalam tubuh gunung api ke permukaan,” ujarnya.
“Yang kemudian menghasilkan suara-suara gemuruh dan ada kilatan petir. Tapi kilatan petir yang disebut petir vulkanik ini berbeda dengan petir klimatologis yang terjadi ketika hujan,” tambahnya.
“Kalau petir vulkanik terjadi di gunung-gunung yang sedang erupsi yang bertipe eksplosif. Petir ini merupakan sebuah pelepasan muatan listrik yang mana dari muatan listrik itu dikarenakan adanya kekuatan daripada erupsi eksplosif sehingga menghasilkan kilatan berupa petir,” tandasnya.
Lalu, pada Rabu (17/4/2024) PVMBG lagi-lagi menaikkan status Gunung Ruang menjadi awas setelah terjadi erupsi besar pada dini hari.
Hal tersebut, kata Tyas, berpotensi menimbulkan tsunami yang bisa terjadi apabila material gunung jatuh ke laut yang disebabkan ketinggian muka laut naik.
Sebab jika merujuk pada sejarah Gunung Ruang yang erupsi pada tahun 1871 lalu, kala itu erupsi memicu tsunami setinggi 24 meter dan menewaskan sekira 400 orang.
“Rekomendasi kami dari status awas, jarak aman enam kilometer sehingga sebagian kecil Pulau Tagulandang di area barat harus diungsikan warganya,” jelas Tyas.
Proses evakuasi warga di Pulau Ruang dan sisi barat Pulau Tagulandang telah dilakukan sejak kemarin malam hingga malam ini, Kamis (18/4/2024).