Kemudian Yani, yang mengaku resah dan gaduh sebagaimana ibu-ibu lain, saat isu penculikan anak mencuat di Babel. “Resah lah pak, melihat video, berita, belum lagi kegaduhan di grup-grup WA hingga medsos, bahwa di Babel ada kasus penculikan anak,” kenang Yani.
Saya coba simpulkan, bahwa keresahan terjadi manakala itu berpotensi pada diri seseorang, dan gaduh ketika keresahan tersebut dirasakan oleh masyarakat secara umum. Seperti kasus migor dan penculikan anak.
Lha… Ketika ditanya soal Maling Besar, mereka malah tak tahu, jauh dari kata resah apalagi gaduh. Tapi kok ada pernyataan yang menuding ucapan Pj Gubernur Babel Suganda Pandapotan Pasaribu membuat resah dan gaduh.
Bahkan saat saya coba jelaskan soal maling besar, mereka malah mendukung. “Bagus lah kalau begitu. Memang harus diberantas pak, setuju saya kalau memang ada Maling (besar) seperti kata pak Gub itu ditindak,” ucap Riri yang mengaku tak tau siapa Gubernur Babel saat ini.
Nah, kalau Pj Gubernur Babel mengatakan melaporkan Maling Besar ke KPK dituding kebohongan publik, terus yang sebut resah dan gaduh apakah bukan kebohongan publik? Karena penelusuran yang ditemukan malah mengaku cuek bebek.
Mereka justru resah dan gaduh soal Migor yang langka, harga timah yang turun, harga BBM yang naik berkali-kali, harga telur yang meroket, sembako yang naik enggan turun dan semacamnya. Terus soal Maling Besar? Mereka bahkan tak merespon soal itu, apalagi merasa resah dan gaduh.