“Ada tiket, sifatnya sukarela,” ujar Nanda, salah satu pengurus Bujang Squad, kepada wartawan di lokasi Air Terjun Mangkol, Senin, (16/05/22)
Nanda beralasan, adanya tiket masuk sukarela itu bukan untuk memungut retribusi, tapi untuk mengetahui jumlah orang yang datang berkunjung ke Air Terjun Mangkol.
Ketika wartawan pada Selasa, (17/05/22) kembali ke Bukit Mangkol dengan sedikit naik menuju arah puncak, didapati kenyataan yang memilukan. Di kanan kiri jalan, yang beberapa tahun lalu nampak menghijau oleh pepohonan alam tanpa pemilik, berganti menjadi area pribadi. Beberapa nampak menggundul karena pohon aslinya ditebang. Tanpa ada yang bisa mencegah.
Padahal, jarak area menggundul itu, cuma beberapa puluh meter, dari pos bangunan leiding peninggalan Belanda, yang menjadi posko Bujang Squad yang kerap menyebut perkumpulannya sebagai penjaga alam Mangkol, walau pada kenyataannya malah lebih terlihat sibuk berbisnis area wisata air terjun di sana.
Berdasarkan informasi yang dihimpun wartawan dari para warga lokal pekebun, kawasan menuju puncak Mangkol ini bisa dimiliki perorangan dengan akad membeli tanaman bukan lahan. Meski pada kenyataannya, justru ditemukan adanya lahan kosong bekas digunduli dan dibakar, dan mungkin akan ditanami tanaman baru sesuai selera tuan barunya.